Selasa, 14 September 2010

Kontroversi Ide Pembakaran Al-Qur'an - Pendeta Terry Jones

Kontroversi ide pembakaran al-Qur'an oleh Pendeta Terry Jones Sabtu lalu mengundang pertanyaan besar yang mengemuka. Apakah masyarakat Barat begitu khawatir dengan perkembangan Islam di dunia Barat atau hanya sekadar pelampiasan semata terhadap tragedi 9/11.
Pertanyaan itu yang kemudian menjadi salah satu pembahasan majalah Time edisi online baru-baru ini.

Menurut pandangan media tersebut rencana pembakaran itu merupakan konsekuensi negatif dari ketakutan terhadap Islam atau islamophobia. "Bagaimana rasanya menjadi seorang raksasa radikal yang membakar al-Qur'an. Bangsa AS begitu terkejut dengan prilaku komunitas kecil Kristen fanatik yang membajak citra AS di dunia," tulis Time, Selasa (14/9).

Tim Padget dalam tulisannya mengatakan Jones tak ubahnya Frakenstein yang memulai tujuannya dengan menyeret media. Menurutnya, ketika datang dengan nama Jones dan gereja bernama Dove World Outreach Center, Gainsville, Florida, media seolah bermain api guna menjadikan ceritanya menjadi sebuah hal penting. "Salah satu dosa terbesar kita sebagai jurnalis adalah membantu sosok seperti New Gingrich dan Saerah Palin, dua tokoh penting Partai Republik mendorong delusi dan kebencian seperti halnya Jones," tulisnya.

Dia juga menilai, dalam jajak pendapat yang digagas New York Times pekan lalu terungkap dua pertiga dari warga New York menolak pembangunan masjid dekat kawasan Ground Zero, seperlima mengaku memusuhi Islam dan sepertiganya mengaku pembangunan masjid itu sama saja bersimpati pada terorisme. Sayangnya, kata dia, pendapat itu tak lebih baik dengan penegasan Muslim di Jakarta yang mengatakan Jones itu mewakili umat kristiani.

Walau demikian, kata Pidgett ada satu hal positif di mana kesadaran sebagian warga Gainsville yang terus terang menolak ide gila Jones. Faktanya, tambah dia, Jones diusir dari Gereja Jerman lantaran mengutuk toleransi terhadap umat Islam di Jerman. Jones pun kembali berulah ketika Craig Lowe, wali kota terpilih Gainsville merupakan seorang homo.

Terry Jones, penggagas ide Hari Membakar Al-Qur'an

Oleh Jones dan bersama pengikutnya, menuliskan tuntutan di jalan-jalan untuk tidak memilih wali kota homo. "Berkat ulahnya itu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates turun tangan untuk menelepon Jones agar mengurungkan niatnya membakar al-Qur'an. Dengan ide itu, Jones berpotensi menempatkan pasukan AS di Afganistan dan Irak dalam bahaya," tulisnya.

Dia menambahkan apa yang dilakukan Jones juga sama saja membakar Yesus yang dikabarkan secara terhormat oleh al-Qur'an hampir seratus kali. "Saya ingat kalau bukan karena pemikir Muslim seperti Ibnu Rusdy atau oleh masyarakat Barat dikenal sebagai Averos, yang kemudian menginspirasi pemikir besar Kristen Thomas Aquinas, iman saya masih tetap berkubang dalam lumpur abad pertengahan," tulis Pidgett.

Jadi, imbuhnya, apa yang harus dilakukan Jones dan pengikutnya adalah mampir ke masjid terdekat dan mendoakan orang-orang yang merayakan Idul Fitri sebagai bagian dari akhir bulan suci Ramadhan atau mendoakan pula orang Yahudi yang merayakan hari sucinya yang dimulai Rabu malam dengan Rosh Hashanah. "Tapi sebagian dari warga AS tentu merasa buruk ketika dunia menyamakan anda dengan Terry Jones," pungkasnya.

Sumber: Republika Online

Tulisan Sebelumnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar