Scotland Yard membongkar rencana untuk "menjual keperawanan" gadis-gadis muda demi uang 50.000 poundsterling atau sekitar Rp 650 juta ke orang-orang Arab kaya.
Harian Dailymail, Senin (13/9/2010), melaporkan, seorang gadis berusia 14 tahun digunakan sebagai umpan oleh sebuah komplotan yang mengirim foto dan e-mail gadis itu ke calon pelanggan potensial menjelang pertemuan gelap di sebuah hotel di pusat London.
Jaringan perdagangan manusia itu membawa enam perempuan berusia antara 17 dan 22 tahun dari North West ke London pada September tahun lalu untuk menyediakan layanan seksual. Namun, mereka tertangkap dalam operasi mendadak yang melibatkan para detektif Scotland Yard yang bertukar pesan dengan para anggota yang menyamar sebagai pelanggan potensial.
Aktivitas komplotan itu diketahui polisi setelah mereka meninggalkan sebuah surat di salah satu hotel yang menawarkan jasa mereka. Surat itu kemudian diserahkan kepada polisi oleh seorang karyawan yang prihatin.
Rincian informasi tentang kerja komplotan itu terungkap setelah empat orang yang tinggal di barat daya London dan Wigan dinyatakan bersalah di Pengadilan Harrow. Mahrookh Jamali (41) dan Sara Bordbar (43), keduanya dari barat daya London; serta Fatima Haghengal (24) dan Rasoul Gholampour (30), keduanya dari Wigan mengakui konspirasi untuk memperdagangkan para gadis muda itu. Mereka mengaku bersalah karena telah bekerja sama untuk memperdagangkan enam perempuan berusia antara 17 dan 22 dari North West ke London antara Juli dan Oktober tahun lalu untuk eksploitasi seksual.
Jaksa Penuntut, Bill McGivern, mengatakan, para perempuan muda tidak dipaksa untuk memberikan layanan seksual, tetapi "dipaksa" menjadi korban setelah menari untuk klien. Dia mengatakan, gadis berusia 14 tahun yang digunakan sebagai umpan merupakan faktor pemberat kasus tersebut. Namun, ia mengatakan, tidak ada bukti bahwa gadis itu digunakan sebagai pelacur.
McGivern mengatakan, para perempuan muda itu diminta datang ke London untuk menari di depan klien. Selanjutnya, mereka juga ditawari kesempatan untuk menjual tubuh mereka. "Ini adalah kasus yang jelas-jelas ada korupsi, tapi tidak ada paksaan atau ancaman. Mungkin ada tekanan. Namun, tekanan itu dalam arti, 'Anda telah tercebur, ini adalah apa yang Anda dapatkan jika Anda melangkah lebih jauh ketimbang hanya sekadar melakukan tarian sederhana'," kata McGivern.
Dalam sidang pengadilan terungkap, Haghengal menawarkan dirinya dalam surat elektronik (surel) atau e-mail korespondensi, sementara rumah Bordbar dan Jamali digunakan sebagai basis.
Hakim Alan Greenwood mengatakan, keempat orang itu, yang telah ditahan sejak penangkapan mereka tahun lalu, akan divonis pada Selasa ini.
Sumber: Kompas Online
Tulisan Sebelumnya :
:: 2011, Siswa Gratis Buku Sekolah
:: Perayaan Idul Fitri Warga Indonesia di Luar Negeri
:: Mensos Belanja Bareng 400 Anak Yatim dan Dhu'afa
:: Perayaan Idul Fitri Warga Indonesia di Luar Negeri
:: Mensos Belanja Bareng 400 Anak Yatim dan Dhu'afa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar