Kesempatan Ramadhan yang di dalamnya dijanjikan rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar (pembebasan dari api neraka), sesungguhnya momentum ideal menemukan solusi banyak hal bagi umat.
Pada bulan Ramadhan ini, kita akan berusaha untuk mendapatkan rahmat
dan ampunan Allah, karena sesungguhnya kecelakaanlah bagi orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan yang penuh dengan rahmat ini. Dengan puasa Ramadhan Allah mengampuni dosa orang yang berpuasa dan memaafkan semua kesalahannya, Nabi sallallahu 'alaihi wasallam ber-sabda, "Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan meng-harap pahala dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu". (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia tidak diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya (permohonan) orang yang ditolak pada saat Lailatul Qadar? Kapan baiknya orang yang tidak menjadi baik pada bulan Ramadhan ?
Dalam bulan Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya ampunan. Di antara sebab-sebab itu adalah :
1. Melakukan puasa di bulan ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu. "(Hadits Muttafaq 'Alaih)
Pada bulan Ramadhan ini, kita akan berusaha untuk mendapatkan rahmat
dan ampunan Allah, karena sesungguhnya kecelakaanlah bagi orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah pada bulan yang penuh dengan rahmat ini. Dengan puasa Ramadhan Allah mengampuni dosa orang yang berpuasa dan memaafkan semua kesalahannya, Nabi sallallahu 'alaihi wasallam ber-sabda, "Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan meng-harap pahala dari Allah, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu". (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia tidak diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya (permohonan) orang yang ditolak pada saat Lailatul Qadar? Kapan baiknya orang yang tidak menjadi baik pada bulan Ramadhan ?
Dalam bulan Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya ampunan. Di antara sebab-sebab itu adalah :
1. Melakukan puasa di bulan ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu. "(Hadits Muttafaq 'Alaih)
2. Melakukan shalat tarawih dan tahajiud di dalamnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi ruasallam bersabda:
"Barang siapa melakukan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
3. Melakukan shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar.
Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia adalah malam yang penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'anul Karim. Dan pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan shalat di malam Lailatul Qadar kavena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu . (Hadits Muttafaq 'Alaih)
4. Memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab) ampunan dari dosa~osanya, dan pembebasan dirinya dari api Neraka. " (HR. Ibnu Khuzaimah (dan ia menshahihkan hadits ini), Al-Baihaqi dan lainnya).
5. Beristighfar : Meminta ampunan serta berdo'a ketika dalam keadaan puasa, berbuka dan ketika makan sahur. Do'a orang puasa adalah mustajab (dikabulkan), baik ketika dalam keadaan puasa ataupun ketika berbuka Allah memerintahkan agar kita berdo'a dan Dia menjamin mengabulkannya.
Puasa menjauhkan seseorang dari neraka.
Rasulullah saw bersabda:
Tidak ada seorang hamba yang berpuasa sehari di jalan Allah SWT kecuali dengan sehari itu Allah SWT menjauhkan mukanya dari neraka tujuh puluh tahun. (HR. Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa-i).
Tidak ada seorang hamba yang berpuasa sehari di jalan Allah SWT kecuali dengan sehari itu Allah SWT menjauhkan mukanya dari neraka tujuh puluh tahun. (HR. Bukhori, Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa-i).
Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya di surga itu ada satu pintu bernama Royyan (segar/tidak dahaga), darinya orang-orang yang berpuasa masuk pada hari kiamat, dan tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk lewat pintu itu, ada ucapan: manakah orang-orang yang berpuasa? maka orang-orang yang berpuasa berdiri, lalu masuk, setelah mereka masuk pintu itu ditutup, sehingga tidak seorangpun yang memasukinya. (HR. Bukhori dan Muslim).
Golongan yang diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan
Diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan bagi empat golongan :
1. Orang sakit yang berbahaya baginya jika berpuasa dan orang bepergian yang boleh baginya mengqashar shalat. Tidak puasa bagi mereka berdua adalah afdhal, tapi wajib menggadhanya. Namun jika mereka berpuasa maka puasa mereka sah (mendapat pahala). Firman Allah Ta'ala:
" …..Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... " (Al-Baqarah:184).
Maksudnya, jika orang sakit dan orang yang bepergian tidak berpuasa maka wajib mengqadha (menggantinya) sejumlah hari yang ditinggalkan itu pada hari lain setelah bulan Ramadhan.
2. Wanita haid dan wanita nifas: mereka tidak berpuasa dan wajib mengqadha. Jika berpuasa tidak sah puasanya. Aisyah radhiallahu 'anha berkata :
"Jika kami mengalami haid, maka diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan menggadha shalat. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
3. Wanita hamil dan wanita menyusui, jika khawatir atas kesehatan anaknya boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus meng-qadha serta memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Jika mereka berpuasa maka sah puasanya. Adapun jika khawatir atas kesehatan diri mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa dan harus meng-qadha saja. Demikian dikatakan Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan o!eh Abu Dawud. '7, Lihat kitab Ar Raudhul Murbi', 1/124.
4. Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian kata Ibnu Abbas menurut riwayat Al-Bukhari. Lihat kitab Tafsir Ibnu Kalsir, 1/215.
Klasifikasi Muslim di bulan Ramadhan
Menurut Hidayat Nur Wahid, terdapat beberapa klasifikasi Muslim pada bulan ini :
Pertama, orang yang menanti kehadiran Ramadhan dengan suka cita, bekerja keras menyempurnakan ibadah-ibadah wajib dan sunah dengan meneladani Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (SAW).
Kedua, orang yang memasuki bulan Ramadhan dan keluar darinya dengan tanpa perubahan dan tidak bertambah darinya kebajikan apa pun.
Ketiga, orang yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan ini. Ia dengan khusyu melakukan ibadah dan beramal saleh. Namun bila Ramadhan usai, ia akan kembali kepada 'habitat'-nya semula.
Sesungguhnya di surga itu ada satu pintu bernama Royyan (segar/tidak dahaga), darinya orang-orang yang berpuasa masuk pada hari kiamat, dan tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk lewat pintu itu, ada ucapan: manakah orang-orang yang berpuasa? maka orang-orang yang berpuasa berdiri, lalu masuk, setelah mereka masuk pintu itu ditutup, sehingga tidak seorangpun yang memasukinya. (HR. Bukhori dan Muslim).
Golongan yang diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan
Diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan bagi empat golongan :
1. Orang sakit yang berbahaya baginya jika berpuasa dan orang bepergian yang boleh baginya mengqashar shalat. Tidak puasa bagi mereka berdua adalah afdhal, tapi wajib menggadhanya. Namun jika mereka berpuasa maka puasa mereka sah (mendapat pahala). Firman Allah Ta'ala:
" …..Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... " (Al-Baqarah:184).
Maksudnya, jika orang sakit dan orang yang bepergian tidak berpuasa maka wajib mengqadha (menggantinya) sejumlah hari yang ditinggalkan itu pada hari lain setelah bulan Ramadhan.
2. Wanita haid dan wanita nifas: mereka tidak berpuasa dan wajib mengqadha. Jika berpuasa tidak sah puasanya. Aisyah radhiallahu 'anha berkata :
"Jika kami mengalami haid, maka diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan menggadha shalat. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
3. Wanita hamil dan wanita menyusui, jika khawatir atas kesehatan anaknya boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus meng-qadha serta memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Jika mereka berpuasa maka sah puasanya. Adapun jika khawatir atas kesehatan diri mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa dan harus meng-qadha saja. Demikian dikatakan Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan o!eh Abu Dawud. '7, Lihat kitab Ar Raudhul Murbi', 1/124.
4. Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian kata Ibnu Abbas menurut riwayat Al-Bukhari. Lihat kitab Tafsir Ibnu Kalsir, 1/215.
Klasifikasi Muslim di bulan Ramadhan
Menurut Hidayat Nur Wahid, terdapat beberapa klasifikasi Muslim pada bulan ini :
Pertama, orang yang menanti kehadiran Ramadhan dengan suka cita, bekerja keras menyempurnakan ibadah-ibadah wajib dan sunah dengan meneladani Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam (SAW).
Kedua, orang yang memasuki bulan Ramadhan dan keluar darinya dengan tanpa perubahan dan tidak bertambah darinya kebajikan apa pun.
Ketiga, orang yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan ini. Ia dengan khusyu melakukan ibadah dan beramal saleh. Namun bila Ramadhan usai, ia akan kembali kepada 'habitat'-nya semula.
Keempat, orang yang di bulan ini hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun tetap melakukan kemaksiatan.
Kelima, orang yang menjadikan siang hari Ramadhan bagai malam dengan tidur sepanjang hari dan mengisi malamnya dengan lahwu (kegiatan yang melalaikan).
Dan keenam, golongan manusia yang tidak mengenal Allah baik di bulan Ramadhan atau di bulan-bulan lainnya sepanjang tahun meskipun ia mengaku sebagai seorang Muslim.
Masuk golongan manakah Anda ? Hanya Anda yang bisa menjawab. Wallahua'lam bishshawwab.
sumber : dari berbagai sumber
Masuk golongan manakah Anda ? Hanya Anda yang bisa menjawab. Wallahua'lam bishshawwab.
sumber : dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar